Selasa, 01 November 2011

Abdul Rohim Bersama Komunitas Saber Berburu Ranjau Paku

Diposting oleh Muhammad Fakhrial Zld
info lantas   =>   Jakarta - Tidak perlu menunggu sampai jadi orang kaya untuk beramal. Seperti yang dilakukan Abdul Rohim misalnya. Di tengah kesederhanaan hidupnya, dia rajin beramal dengan cara memunguti ranjau paku di jalanan bersama Komunitas Sapu Bersih Ranjau (Saber).

"Saya sendiri sudah sejak dua tahun lalu memunguti paku di jalanan. Saya ambili paku di jalanan pakai tangan sepulang kerja," ujar Abdul Rohim saat dihubungi detikcom, Senin (31/10/2011).

Paku di jalanan itu dikumpulkan pria yang bekerja sebagai sopir pribadi ini dalam botol air mineral. Mulanya ayah 4 anak itu mengumpulkan paku dengan sepeda. Ketika dia memiliki sepeda motor, aktivitas menyusuri jalanan pun dilakoninya dengan menggunakan sepeda motor.

"Sekarang saya mengumpulkan paku dengan magnet yang bentuknya seperti donat dengan diameter sekitar 12 centimeter. Saya dapat magnet itu dari sopir Kopaja," tutur Abdul.

Dia adalah salah satu pemrakarsa berdirinya Komunitas Saber, komunitas dengan anggota aktif 8 orang yang memiliki hobi sama yakni mengumpulkan paku. Pria yang bekerja sebagai sopir pribadi ini menuturkan, selama 3 bulan komunitas yang dibentuknya berhasil mengumpulkan tak kurang dari satu kuintal paku.

Sebagai penelusur ranjau paku, Abdul tahu benar lokasi-lokasi yang rawan ranjau paku. Titik-titik itu ada di Grogol, Cideng, Harmoni, Roxy, lampu lalu lintas di dekat Setneg, dan bahkan di depan Istana Presiden.

"Depan Monas juga ada. Di Senen, terowongan Senen ke Cempaka Putih itu kanan kirinya ada. Sementara, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan kita belum telusuri," ujarnya.

Dia menengarai penyebar ranjau paku adalah sindikat. Dia kerap memergoki orang yang tengah menyebar ranjau paku di jalanan. Penyebar ranjau umumnya menggunakan kotak korek api yang terbuat dari kertas untuk menyebarkan ranjau. Korek api kayu dikeluarkan, lalu sebagai gantinya dimasukkan paku di dalamnya. Ada sekitar 150 paku di dalam kotak tersebut.

"Biasanya ada 3 kotak korek api yang dijatuhkan kelompok itu di jalanan. Saya prihatin dengan banyaknya tukang sebar paku ini. Saya suka kasihan ada orang naik motor lalu terpaksa menuntun motornya karena bannya kena paku. Apalagi kalau hujan-hujan. Kalau kita nggak peduli, siapa lagi," papar Abdul.

Berbeda dengan cara polisi yang menyisir ranjau paku dengan magnet besar yang ditarik dari mobil, Abdul harus turun dari sepeda motornya untuk mengambili paku-paku yang bertebaran di jalan. Jika ada polantas di sekitar lokasi, dia meminta bantuan polantas untuk mengatur lalu lintas saat dia mengambili paku.

Melakukan perbuatan baik memang tidak mudah. Beberapa kali Abdul mendapat intimidasi dari orang yang menyebarkan ranjau paku. Pernah suatu kali, saat sedang memunguti paku tiba-tiba ada dua orang yang berboncengan dengan sepeda motor akan menendangnya. Beruntung Abdul sempat menghindar.

"Saya lempar dia dengan paku yang saya punguti. Orangnya mau turun dari sepeda motor lalu saya tantangi saja. Kalau saya benar kenapa saya harus takut," ujar pria beperawakan kecil ini.

Abdul dan rekan-rekannya di Komunitas Saber hanya mengandalkan uang sendiri dan bantuan donatur untuk menjalankan aksinya. Mau tidak mau untuk menyusuri jalanan butuh uang bensin. Namun hal itu bukan masalah besar untuk Abdul dan teman-temannya.

"Saya sendiri mungkin sudah mengumpulkan 50 kg paku. Pakunya disimpan di rumah masing-masing. Kalau ada tetangga yang minta ya dikasih. Pernah juga saya jual ke tukang bikin peti kemas kecil. 1 Kg paling mahal dihargai Rp 7.000 sampai Rp 8.000. Lumayanlah," tambah pria kelahiran 14 Agustus 1969 ini.

Terkadang keluarganya komplain karena Abdul senang menghabiskan waktu di jalanan demi memunguti paku. Namun Abdul yakin komplain itu tidak bersungguh-sungguh dilontarkan keluarganya.

"Istri saya ibu rumah tangga. Di rumah yang suka mengumpulkan paku ya hanya saya, nggak usahlah istri dan anak saya ikut ketularan suka mengumpulkan paku, saya saja," ucapnya sambil terkekeh.

Ada 20 orang simpatisan Komunitas Saber. Jika ada masyarakat Jakarta yang ingin bergabung, Abdul mempersilakan untuk datang ke rumah kontrakannya di daerah Pedongkelan, Jakarta Timur.

"Asal kuat, silakan saja bergabung. Ini bukan kegiatan main-main, harus serius, harus mau menyiapkan waktu," ucap Abdul.

Kegiatan Kelompok Saber ini mendapat apresiasi dari Wali Kota Jakarta Barat, Burhanuddin. Atas aksinya membersihkan jalan dari ranjau paku, komunitas ini diganjar masker, jaket, senter, dan uang donasi.

"Bukan karena mau dapat hadiah. Ini karena kami peduli, kasihan dengan para korban ranjau paku," ucap Abdul.

Apa yang dilakukan Abdul dan komunitasnya menunjukkan berbuat baik kepada sesama tidak harus ditunjukkan melalui materi yang diberikan. Namun berbuat baik bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Kebahagiaan karena berbuat baik itu tidak bisa terbeli dengan apa pun. Itulah yang membuat Abdul tak pernah bosan mengambil paku di sepanjang jalan yang dia lewati.

1 komentar :

  1. zarnadi mengatakan... :

    sungguh orang yang berhati mulia, seandainya semua orang bersifat seperti abdul aku yakin indonesia akan aman

Posting Komentar