Sabtu, 17 Desember 2011

Pengemudi Modern Harus Pahami Potensi Kecelakaan

Diposting oleh Muhammad Fakhrial Zld
info lantas   =>   Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan, bila tidak dilakukan aksi nyata dari semua pihak, maka angka kematian di jalan pada tahun 2020 mendatang akan mencapai 1.9 juta jiwa setiap tahunnya. Melalui program Decade of Action for Road Safety 2011 - 2020, WHO mematok target penurunan angka kematian hanya 900.000 jiwa setiap tahun.
Di berbagai negara, termasuk Indonesia, kampanye keamanan dan keselamatan berkendara, seringkali digelar berbagai lembaga swasta maupun pemerintah. Karena kampanye bagi keselamatan pengguna jalan sekarang ini sudah menjadi bagian dari program dunia yang diprakarsai oleh PBB melalui World Health Organization (WHO).
Sejak tahun lalu, WHO telah gencar melakukan sosialisasi program dunia ini yang mengambil tema 'Decade of Action for World Road Safety 2011 - 2020'.
Langkah WHO ini tidak lain untuk menggiring upaya bersama berbagai pihak dalam menurunkan angka kecelakaan di jalan. Dari data yang dirilis, dewasa ini tak kurang dari 1.2
juta jiwa manusia melayang sia-sia di jalan setiap tahunnya.
Lebih mengkhawatirkan, karena dari jumlah korban kecelakaan meninggal ini sebagian besar adalah mereka yang masuk usia produktif, yakni usia antara 14 - 35 tahun dan 80% dari mereka adalah penduduk negara berkembang atau sedang berkembang.
Terkait dengan kecelakaan, Sukarman Mustamin, pendiri Smart Driving Institute (SDI) menyatakan, untuk meningkatkan keselamatan di jalan dewasa ini, faktor keterampilan
mengemudi saja tidaklah mencukupi.
"Seorang pengemudi di era modern harus memiliki pemahaman yang cukup terhadap potensi bahaya berikut risiko yang mungkin akan dihadapi atau diterima di jalan," ujar lulusan Jim Russell Racing Driver School (JRRDS) ini.
Karena itulah, bersama PT Jasa Marga Tbk, Sukarman dan lembaganya tergerak untuk menggelar kegiatan pelatihan defensive driving pada 17 Desember 2011 di Jakarta. Diharapkan, kegiatan ini nantinya akan menghasilkan para pengguna jalan tol yang memiliki disiplin tinggi dalam berkendara, sekaligus bisa tampil selaku duta keselamatan jalan tol.
Hal-hal seperti inilah yang menjadi domain modul pelatihan Smart Driving Behavior Development (SDBD) yang sesungguhnya berbasis Smith System, namun sudah dikembangkan sesuai dengan budaya dan kondisi di Indonesia oleh pihak SDI.
Dengan demikian, secara sederhana, pelatihan SDBD ini bertujuan untuk menggiring perubahan pola pikir dan perilaku pengguna jalan agar senantiasa berorientasi kepada aspek keselamatan dalam berkendara.
Namun menurutnya program kampanye keselamatan melalui proses pelatihan ini masih dihadang berbagai kendala. Salah satunya, masih adanya pendapat sebagian besar kalangan masyarakat bahwa pelatihan mengemudi seperti yang ditawarkan SDI tak lebih dari sebuah proses bagaimana menguasai kendaraan yang digunakan.
"Terus terang, dengan pemahaman seperti ini maka mereka yang setiap hari melakukan aktivitas mengemudi akan menganggap bahwa mereka tidak memerlukan program pelatihan," urai Sukarman yang biasa disapa Karman.
"Jadi sangat bertolak belakang dengan apa yang dibayangkan sebagian orang, bahwa dalam pelatihan mereka akan diajari cara zig-zag atau bagaimana memelintir mobil, bagaimana ngebut dengan kecepatan tinggi dan sebagainya," tambah Karman lagi.
Sementara Kepala Divisi Operasi Jasa Marga, Septerianto Sanaf, mengungkapkan, pelatihan ini diberikan secara gratis atau tanpa dipungut biaya bagi calon peserta pelatihan dan merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) PT Jasa Marga.
Program pelatihan diproyeksikan berlanjut pada tahun 2012 mendatang. Beberapa kota di Indonesia diagendakan menjadi tempat penyelenggaraan pelatihan SDBD, seperti Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan.

2 komentar :

  1. Beben Koben mengatakan... :

    boooooooooooooosss...........apa kabar \m/
    i hope you okay bos^^

  1. iya pak pol...mengkhawatirkan, bukannya berkurang malah semakin bertambah kasusnya...salam kenal n sukses selalu.thanks

Posting Komentar